TIMES SITUBONDO, SITUBONDO – Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, memberikan klarifikasi terkait pemberitaan yang menyebut dirinya mencaci atau menghalangi kerja jurnalistik wartawan Radar Situbondo, Ahmad Humaidi, saat aksi unjuk rasa di Alun-alun Situbondo pada Kamis, 31 Juli 2025.

Mas Rio, sapaan akrab Bupati muda ini, menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Ia memastikan tidak melakukan kekerasan ataupun menghalangi tugas wartawan. Sebaliknya, ia menekankan komitmennya terhadap kebebasan pers dan keterbukaan terhadap kritik yang disampaikan secara santun.

“Saya hanya meminta agar wawancara tidak dilakukan ketika saya sedang berdialog dengan massa aksi. Tujuannya agar tidak menimbulkan salah persepsi di situasi yang cukup dinamis. Tidak ada kata-kata kasar atau kekerasan seperti yang diberitakan,” jelas Rio.

Ia menjelaskan bahwa kehadirannya di tengah demonstrasi merupakan bentuk keseriusan untuk mendengar langsung aspirasi masyarakat. Namun, dalam proses tersebut sempat terjadi miskomunikasi ketika Ahmad Humaidi mencoba melakukan wawancara di tengah kerumunan.

“Saya mengenal saudara Humaidi dan sering bertemu di berbagai kegiatan. Saya juga selalu terbuka terhadap kritik yang membangun. Tapi tentu ada waktu dan tempat yang tepat untuk wawancara, apalagi saat situasi demonstrasi,” ungkapnya.

Rio juga menyayangkan terjadinya insiden dorong-dorongan yang dialami Humaidi. Ia menegaskan bahwa peristiwa tersebut dilakukan pihak lain dan tidak ada arahan atau pembiaran dari dirinya terkait kekerasan, baik fisik maupun verbal.

Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Situbondo selalu memberikan ruang seluas-luasnya kepada jurnalis untuk menjalankan tugas secara profesional. Keterbukaan informasi dan kritik media, kata Rio, adalah bagian penting dalam memperkuat demokrasi dan pemerintahan yang transparan.

Menanggapi kejadian serupa yang dikeluhkan jurnalis lain, Rio menilai komunikasi yang sehat dan dialog terbuka harus menjadi cara utama menjaga hubungan baik antara pemerintah dan media.

“Saya sangat menghormati profesi jurnalis. Kritik itu penting, tapi mari disampaikan dengan cara elegan, bukan dengan provokasi atau framing yang menyesatkan,” tegasnya.

Dalam semangat keterbukaan, Rio menyatakan siap berdialog langsung dengan insan pers, termasuk Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Situbondo, untuk memperkuat sinergi dan menyelesaikan persoalan secara bijak.

“Situbondo adalah rumah kita bersama. Mari kita jaga kondusivitas dan profesionalisme demi kemajuan daerah yang kita cintai,” ucapnya. (*)