Pendidikan

Anak Tukang Ojek Ini Raih Master di Hiroshima University Jepang

Minggu, 08 Agustus 2021 - 13:25
Anak Tukang Ojek Ini Raih Master di Hiroshima University Jepang Dwi Fatmawati, sewaktu mengisi Kelas Inspirasi di SMP N 1 Sigaluh, Banjarnegara (FOTO: Dr Tuswadi for TIMES Indonesia)

TIMES SITUBONDO, BANJARNEGARA – Sebelumnya Dwi Fatmawati (29) tidak pernah berfikir atau pun bermimpi untuk bisa kuliah di Jepang. Dia sadar diri dari keluarga tidak mampu. Almarhum ayahnya dulu sempat bekerja sebagai tukang ojek dan mandor bangunan di Jakarta.

Studi S-1 di Pendidikan Bimbingan Konseling (BK) pada FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada saat itu juga dia selesaikan dengan penuh lika - liku.

Sampai akhirnya menjelang wisuda dia terpilih mengikuti program pertukaran mahasiswa ke Universitas Hiroshima di Jepang bersama mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada 2016.

Dwi Fatmawati 2Dwi Fatmawati bersama rekan-rekan yang juga kuliah di Jepang sewaktu di tanah air. (FOTO: Dr Tuswadi for TIMES Indonesia)

Bekerja sebagai guru di SD IT Al Ihsan Banjarnegara yang terletak di desa Tapen kecamatan Wanadadi, Dwi lantas mendapatkan tawaran dari pamannya, Dr Tuswadi, untuk lanjut studi S-2 jurusan pendidikan inklusi di Hiroshima dan tanpa pikir panjang tawaran itu diambilnya.

Akhir Maret 2019 Dwi tiba di Jepang dan memulai kuliah pada April 2019 di bawah bimbingan Profesor Kawai Norimune di Graduate School of Humanities and Social Sciences dengan beasiswa JASSO (Kementrian Pendidikan Jepang).

Karena kemampuan bahasa Inggris Dwi pas-pasan, awalnya dia mengalami kendala memahami materi kuliah maupun ketika dirinya harus menyusun proposal riset untuk dipresentasikan dalam seminar mingguan bersama Profesor Kawai dan para mahasiswanya yang berasal dari berbagai negara.

“Mahasiswa asing bahasa Inggrisnya bagus dan lancar. Saya sering ditegur Profesor karena komunikasi saya sulit dimengerti akibat keterbatasan bahasa Inggris. Bahkan beliau memintaku untuk ambil kursus bahasa Inggris," kata Dwi via sambungan telepon beberapa jam setelah dinyatakan lulus pada ujian mempertahankan Master Thesis pada Sabtu 7 Agustus 2021.

Benar-benar sebuah tantangan yang luar biasa kuliah di luar negeri dengan modal bahasa Inggris pas-pasan. "Saya pun kemudian memanfaatkan banyak waktu untuk belajar menguasai bahasa Inggris menggunakan Youtube dan sejenisnya."

Untuk menyelesaikan studi S-2, selain kuliah dengan total 30 SKS, Dwi juga wajib menyusun Master Thesis. Dengan latar belakang pendidikan S-1 di BK, karena Profesor pembimbingnya adalah pakar pendidikan inklusi dan anak-anak berkebutuhan khusus, Dwi mengambil topik “Parental Acceptance and Views on Education for Children with Special Needs in Public Special Schools in Banjarnegara, Central Java, Indonesia” dengan mengambil dua SLB Negeri di Kabupaten Banjarnegara.

Waktu itu  kendala pandemi Covid-19 menyebabkan Dwi tidak boleh pulang ke Indonesia untuk mengumpulkan data penelitian di Banjarnegara secara langsung.

Akhirnya pada semester 5 dia berhasil melakukan penelitian secara daring dengan menerjunkan beberapa research asistants di Banjarnegara untuk membagikan kuesioner penelitian kepada seluruh orang tua peserta didik di dua sekolah di bawah panduan para guru.

“Alhamdulillah Kepala Sekolah, Ibu Atut Yuliarni dan guru-guru di dua SLB sangat mendukung riset saya. Mereka memberikan kemudahan dan memberi waktu bagi research assitants yang bertugas untuk bertemu orang tua pada saat acara di sekolah.

Oleh para guru, jelas Dwi, orang tua bisa menjawab secara tertulis kuesioner yang dibagikan. Data pun saya dapat dan saya analisis dengan baik. Untuk wawancara, saya melakukannya via telepon pada orang tua yang telah pihak sekolah kasih nomor teleponnnya. Saya sangat berterima kasih kepada SLB Negeri Banjarnegara dan SLB Negeri Mandiraja.

Dwi mengaku bahwa selama pembimbingan thesis, dirinya mengalami banyak pembelajaran bersama Profesornya seperti kesabaran, pantang menyerah, ketelitian, dan kejujuran.

“Profesorku orangnya teliti banget. Mengecek draf thesisku sepertinya per huruf; sering saya kena semprot karena kurang teliti. Beliau juga sangat membantuku untuk analisis data secara statistik. Sering saya menangis kalau berulang-ulang kena marah Sensei.  Kuliah di Jepang benar-benar mengajariku nilai kehidupan yang sangat berguna,” lanjut Dwi yang bulan Mei 2021 meraih Juara I Lomba Menulis Surat Kartini yang digelar oleh Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Osaka.

Master Thesis yang disusun sebanyak 60 halaman lebih akhirnya disetujui oleh Profesor setelah diuji secara terbuka dan tertutup pada 7 Agustus 2021. Wisuda S-2 di Hiroshima University dijadwalkan pada tengah September 2021.

Ditanya rencana paska raih M.Ed (Master of Education), Dwi mengaku akan langsung pulang kampung dan kembali mengabdikan dirinya menjadi guru di SD IT Al Ihsan.

Sebagai guru muda asal desa Tapen, di bulan September 2021 saat wisuda nanti, dia akan menambah deretan sumber daya manusia (SDM) bertitel S-2 dan S-3 dari desa Tapen.

Hingga kini setidaknya ada 8 lulusan S-2 dan S-3 Hiroshima University Jepang asal desa Tapen di kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Mereka berprofesi sebagai guru SD IT Al Ihsan Banjarnegara (2 orang), guru SMP (3 orang), guru SMK (1 orang), dosen (1 orang), dan staf kantor Facebook di Thailand 1 orang. (*)

Pewarta : Muchlas Hamidi
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Situbondo just now

Welcome to TIMES Situbondo

TIMES Situbondo is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.