TIMES SITUBONDO – Di balik gemerlap dunia mode dan persaingan ketat industri fashion, muncul sosok muda yang mengharumkan nama Tasikmalaya lewat tangan kreatifnya. Dialah Triani Restianti (29), perempuan asal Jalan Bantar, Kelurahan Argasari, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Manajemen Ekonomi ini sukses membangun bisnis tas wanita berbahan sintetis dengan sentuhan khas lokal bermotif anyaman Tasikmalaya yang kini menjadi tren model tas tahun 2025.
Brand yang ia beri nama Hirakiya itu bukan hanya laris di pasar nasional, tetapi juga menembus pasar mancanegara, hingga Amerika Latin dan Asia Tenggara.
“Alhamdulillah sekarang pelanggan kami tidak hanya dari Indonesia. Kami sudah kirim ke Brasil, Argentina, Kolombia, Peru, Meksiko, juga ke Malaysia, Singapura, dan sebentar lagi ke Filipina,” ujar Triani saat ditemui di rumah sekaligus tempat usahanya, Rabu (22/10/2025).
Awal Menggeluti Usaha
Cerita sukses Triani tidak datang secara instan. Sejak kuliah di ITB pada tahun 2014, ia sudah tertarik dengan dunia kewirausahaan. Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Ekonomi, Triani memang terbiasa berpikir strategis dan inovatif.
“Waktu kuliah, kami memang ditugaskan membuat usaha sendiri. Dari situlah saya mulai belajar mengelola bisnis dari nol. Tapi tidak semudah teori di kampus,” kenangnya.
Setelah lulus, Triani mencoba berbagai bidang usaha: mulai dari budidaya ikan gurame, fashion muslim, hingga kuliner rumahan. Sayangnya, enam usaha pertama itu gagal total. Namun ia tidak menyerah. “Dari kegagalan itu saya belajar banyak. Ternyata, digitalisasi adalah kunci,” katanya.
Momentum kebangkitan datang pada 2021. Saat pandemi Covid-19 memaksa banyak bisnis tutup, Triani justru melihat peluang baru. Dengan kemampuan desain dan manajemen yang ia miliki, ia mulai merancang tas sintetis dengan sentuhan motif anyaman khas Tasikmalaya.
"Nama Hirakiya diambil dari nama anak dipilih sebagai simbol harapan dan keberlanjutan. Saya ingin usaha ini menjadi wadah terbuka bagi kreator lokal untuk berkembang bersama,” ungkapnya.
Triani Restianti (29) pelaku UMKM Tasikmalaya saat memberikan keterangan kepada TIMES Indonesia, Rabu (22/10/2025) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Ia memulai usaha itu dari rumah. Hanya berbekal modal kecil, sebuah laptop, jaringan internet, dan satu karyawan administrasi. Kini, setelah empat tahun berjalan, Hirakiya tumbuh menjadi brand tas lokal premium dengan tim 15 orang produksi, tiga orang marketing, dan dua orang admin. Produksinya tersebar di dua lokasi: Cimuncang dan Sukaratu, Tasikmalaya.
Penggunaan Strategi Digital
Kesuksesan Hirakiya tak lepas dari strategi digital yang matang. Sejak awal, Triani memilih berjualan 100% online, memanfaatkan kekuatan marketplace, terutama Shopee. “Shopee itu seperti ekosistem lengkap dari hulu ke hilir. Ada dukungan logistik, perbankan, hingga promosi. Sangat membantu UMKM naik kelas,” ujarnya.
Setiap kali melakukan siaran langsung (live shopping) di Shopee, penjualan Hirakiya bisa tembus seribu transaksi dalam satu hari. Produk yang paling laris adalah tas model tote bag dan sling bag bermotif anyaman, dengan warna-warna netral yang cocok untuk wanita muda.
“Awalnya kami cuma jual 10 tas per hari. Setelah rutin live dan optimasi konten, bisa sampai seribu. Omzet kami naik hingga 1.300 persen sejak bergabung dengan Shopee,” tutur Triani.
Keberhasilannya itu membuat Hirakiya masuk delapan besar ajang nasional "Shopee UMKM Naik Kelas 2026" dari 1.300 peserta di seluruh Indonesia.
“Bagi kami, bisa dikenal nasional saja sudah bangga. Apalagi sekarang bisa ekspor dan ikut kompetisi. Itu pencapaian luar biasa untuk usaha yang dulu dimulai dari rumah,” ujarnya haru.
Mempertahankan Kualitas dan Ciri Khas
Ciri khas tas Hirakiya adalah desain anyaman sintetis yang elegan, ringan, dan tahan lama. Motifnya terinspirasi dari kearifan lokal Tasikmalaya, yang dikenal sebagai daerah pengrajin bordir, anyaman, dan sandal kulit.
“Kami ingin membawa semangat lokal ke dalam desain modern. Tas kami bukan hanya produk, tapi juga cerita budaya Tasikmalaya,” jelas Triani.
Proses produksinya dilakukan dengan sistem semi handmade. Setiap potongan bahan diperiksa langsung untuk memastikan kualitas dan presisi. Ia melibatkan pengrajin muda Tasikmalaya yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap.
“Dulu mereka kerja serabutan. Sekarang punya penghasilan tetap dari produksi tas. Ini juga yang membuat saya bangga, karena bisnis ini memberi manfaat untuk orang lain,” ujarnya.
Langkah Hirakiya memperluas pasar ke mancanegara bukan tanpa perjuangan. Triani dan timnya belajar mengenai regulasi ekspor, sertifikasi produk, serta perizinan e-commerce lintas negara.
“Awalnya sulit. Tapi Shopee punya program cross-border yang bantu kami bisa jualan ke Malaysia, Singapura, dan Filipina. Dari sana, pelanggan Amerika Latin mulai tahu produk kami,” katanya.
Tas Hirakiya kini menjadi salah satu produk Indonesia yang terdaftar di marketplace global Shopee dan Lazada. Pengiriman dilakukan dari warehouse partner di Jakarta, sementara produksi tetap berpusat di Tasikmalaya.
Dengan strategi digital marketing yang kuat — termasuk SEO produk, optimasi video, dan kolaborasi dengan influencer mikro brand ini perlahan membangun reputasi sebagai tas lokal premium dengan nilai budaya tinggi.
Inspirasi untuk Perempuan Indonesia
Kisah Triani menjadi inspirasi banyak perempuan muda di Tasikmalaya. Di tengah pandangan bahwa bisnis manufaktur lebih cocok untuk laki-laki, ia justru membuktikan bahwa wirausaha perempuan mampu memimpin tim, berinovasi, dan bersaing secara global.
Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM), sekitar 64,5% pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan. Namun, hanya sebagian kecil yang mampu naik kelas ke level ekspor. Triani termasuk di antara sedikit yang berhasil menembusnya.
“Dulu saya ragu, karena perempuan sering diremehkan di dunia bisnis. Tapi sekarang saya percaya, keberanian lebih penting daripada status,” katanya tegas.
Bantu Pelaku Usaha Lain
Ia juga aktif membimbing pelaku UMKM muda di Tasikmalaya melalui program mentoring sederhana. “Saya ingin banyak anak muda sadar bahwa daerah punya potensi besar. Kita tidak harus ke kota besar untuk sukses. Dari rumah pun bisa mendunia,” ujarnya.
Bagi Triani, keberhasilan Hirakiya tidak hanya karena strategi digital, tetapi juga karena komitmen terhadap kualitas dan kepercayaan pelanggan. “Kami tidak ingin sekadar menjual tas murah. Kami ingin menjual nilai — tentang keindahan lokal, kerja keras, dan semangat perempuan Tasikmalaya,” ucapnya.
Setiap produk dikemas dengan standar ekspor, dilengkapi kartu ucapan, dan sertifikat garansi jahitan. Ia percaya detail kecil menciptakan loyalitas besar. “Banyak pelanggan luar negeri bilang suka dengan kesederhanaan desain dan makna di balik motif. Itu yang membedakan produk lokal dengan produk pabrikan massal,” katanya.
Triani menyadari bahwa kesuksesannya bukan hanya miliknya sendiri. Ia ingin kisahnya menjadi bukti bahwa anak muda daerah pun bisa berdaya dan berprestasi di tingkat global.
“Saya ingin anak-anak muda Tasikmalaya tahu bahwa tidak ada batas untuk bermimpi. Dari rumah kecil di Argasari, kami bisa menjual tas ke Brasil. Semua mungkin kalau mau belajar dan berproses,” katanya
Baginya, proses lebih penting dari hasil. “Setiap kegagalan dulu adalah guru terbaik. Sekarang, kalau orang lihat Hirakiya sukses, saya ingin mereka tahu, itu hasil dari tujuh kali jatuh dan tujuh kali bangun,” tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tas Lokal Tasikmalaya Tembus Mancanegara: Kisah Sukses Lulusan ITB dengan Brand Hirakiya
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Ronny Wicaksono |