TIMES SITUBONDO, SITUBONDO – Nama Tembakau Tambeng sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya masyarakat Jawa Timuran. Tembakau itu hingga kini masih tetap jadi primadona meski harganya sangat mahal. Tembakau keluaran Besuki, Situbondo ini, tetap diburu masyarakat karena rasanya.
Di Kecamatan Besuki, Situbondo, terdapat sebuah dusun kecil yang memproduksi Tembakau Tambeng. Hasil tembakaunya bahkan dijual hingga ke luar Jawa.
Orang menyebutnya Tembakau Tambeng karena tembakau itu ditanam di Dusun Tambeng.
Petani sedang merajang tembakau tambeng.(Foto: Syakir for TIMES Indonesia)
Dari penelusuran TIMES Indonesia, dusun yang menghasilkan Tembakau Tambeng itu sebenarnya bernama Dusun Tambang Emas. Dusun itu berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari pusat Kecamatan Besuki. Dusun Tambang Emas, berada di bawah wilayah administratif Desa Lubawang, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.
Dusun dengan penduduk sekitar 500 Kepala Keluarga (KK) ini cukup dikenal karena produk pertanian tembakaunya yang khas dan banyak dicari oleh penikmat tembakau di seluruh Indonesia.
Mirip dengan Tembakau Gayo Aceh yang terkenal karena cita rasanya yang khas, Tembakau Tambeng memiliki keunikan rasa dan aroma yang membuatnya diminati.
"Dalam setiap tarikannya itu ada citarasa coklat dan rasa yang gurih," ujar Syakir (24), seorang petani tembakau asli Dusun Tambeng atau Tambang Emas.
Asal-Usul Nama Dusun Tambeng
Meski kini disebut dengan Dusun Tambang Emas, kata "tambeng" yang sudah melekat bukan diambil dari kata Tambang yang dibaca 'Tambeng' dalam bahasa lokal setempat.
"Nama Tambang Emas itu baru diusulkan sekitar tahun 2010-an oleh tokoh masyarakat setempat dan kemudian disetujui oleh pemerintah desa. Secara sejarah tidak ada kaitannya dengan 'tambeng,' ungkap Syakir kepada TIMES Indonesia, Kamis (16/2/2023).
Diketahui dari berbagai sumber, asal-usul kata 'tambeng' berasal dari kata 'tambeng' yang dalam bahasa Madura bermakna membingungkan.
Sejarahnya berakar kepada fenomena yang terjadi pada zaman kolonial Belanda. Ceritanya, terdapat sesepuh pembabat tanah Tambeng yang melarikan diri dari kejaran kompeni hingga sampai ke lokasi tersebut.
Sesampainya di lokasi tersebut, tentara kompeni yang mengejar kemudian kebingungan dan kehilangan jejak sesepuh sesepuh yang kabur tersebut. Bingungnya tentara kompeni tersebut yang kemudian disebut dengan istilah 'Tambeng' dan akhirnya menjadi nama Dusun Tambeng hingga kini.
Hasilkan Tembakau Berkualitas Primadona Masyarakat
Masyarakat Dusun Tambeng, Besuki, Situbondo, mayoritas bekerja sebagai petani tembakau. Hampir 85 persen dari penduduk setempat menyambung hidup dengan hasil dari kegiataan pertanian berupa tembakau dan jagung.
Diceritakan, proses pembudidayaan Tembakau Tambeng tidak jauh berbeda dengan budidaya tembakau yang ada di desa lain di Situbondo.
"Proses pembudidayaan kita tidak berbeda jauh. Pupuk dan pestisida yang dipakai juga sama dengan petani di daerah lainnya," jelas Syakir.
"Yang membedakan Tembakau Tambeng dengan yang lain sejauh pengetahuan saya hanya di proses pembibitan dan pengolahan pasca panen," sambungnya.
Untuk menghasilkan daun tembakau berkualitas, masyarakat Tambeng melakukan pembudidayaan bibit secara mandiri untuk menjaga kualitas dari tembakau yang dibudidayakan.
"Untuk pembibitan biasanya budidaya sendiri. Yang beli-beli bibit itu biasanya kalau tembakaunya rusak kena hujan dan cuaca buruk," beber Syakir.
Kondisi geografis Dusun Tambeng yang masih masuk dalam kawasan kaki Gunung Rengganis juga menjadi salah satu faktor penyebab cita rasa khas tembakau hasil olahan dusun ini.
Suhu udara dan kondisi geografis kaki pegunungan membuat tembakau tumbuh dengan baik dan mengundang serangga yang bermanfaat bagi tembakau. Kondisi tersebut membuat daun tembakau bermadu yang memberikan cita rasa yang khas.
Dari 1 hektar lahan tanam, bisa dihasilkan sekitar 1 kwintal daun tembakau setiap panennnya. Dalam setiap pohonnya, bisa dipanen hingga 6-8 kali tergantung dengan kondisi tembakau dan cuaca.
Tembakau tambang khas Besuki, Situbondo. (Foto: Syakir for TIMES Indonesia)
"Tembakau kualitas terbaik biasanya dipanen ketiga sampai keempat. Tembakau yang dipanen pada masa tersebut yang punya citarasa khas dan dikenal," jelas Syakir.
"Kalau cuaca bagus bisa sampai 8 kali panen. Kalau cuaca buruk seperti sekarang biasanya cuma 4-5 kali panen, setelah itu harus pembibitan ulang," jelas dia.
Cita Rasa Khas Bikin Tembakau Tambeng Laku Hingga Jutaan Rupiah
Komoditas Tembakau Tambeng dengan kualitas terbaik biasa dibandrol dengan harga Rp 150 ribu per kilonya.
"Itu harga untuk yang baru dipanen. Beda harga yang disimpan dan dirawat sampai bertahun-tahun," jelas Ahmadi, pedagang tembakau yang memasok Tembakau Tambeng.
Usut punya usut, semakin lama tembakau disimpan dan dirawat semakin mahal pula harga jualnya. Satu kilogram tembakau bisa mengalami kenaikan harga 30-50 persen setiap tahun penyimpanannya.
Bukan hanya disimpan, Tembakau Tambeng juga dirawat dengan dijemur dan sesekali diimbuhi dengan larutan madu untuk memperkaya citarasa alaminya.
Proses penyimpanan dan pengolahan tembakau yang dilakukan secara khusus itu yang membuat Tembakau Tambeng kualitas super memiliki harga pasar hingga Rp 500 ribu per kilogramnya. Harga tersebut bisa naik bergantung kepada penyimpanan dan perawatan yang dilakukan.
"Saya pernah jual Tembakau Tambeng dengan masa simpan dua tahun seharga Rp 1,5 juta per kilogram, sekitar tiga kilo waktu itu pelanggan saya belinya," beber Ahmadi.
"Untuk harga normal Tembakau Tambeng biasanya Rp 500 ribu per kilogram, untuk tembakau simpanan 2-3 tahun. Kalau perawatannya khusus bisa naik dari harga tersebut," jelas Ahmadi, pertani tembakau Besuki, Situbondo.(*)
Pewarta | : Sri Hartini |
Editor | : Muhammad Iqbal |